Rabu, 01 Oktober 2014
FILOSOFI DEBU: Filosofi Debu
FILOSOFI DEBU: Filosofi Debu: Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , debu berarti serbuk halus dari tanah, abu dan sebagainya. Ya, benar demikianlah arti debu di man...
Filosofi Debu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
debu berarti serbuk halus dari tanah, abu dan sebagainya. Ya, benar demikianlah
arti debu di mana pun kita berada. Kebanyakan manusia benci dengan debu.
Terlebih lagi jika debu beterbangan dan akhirnya menempel pada tempat-tempat
atau benda-benda milik manusia. Namun, itulah takdir yang dibawa oleh debu.
Debu memiliki makna yang luar biasa.
Apabila dikaitkan dengan tingkah laku dan sifat manusia adakalanya relevan.
Debu juga makhluk hidup seperti halnya tanah karena ia bagian dari tanah yang
sangat halus. Awalnya, debu tinggal bersama tanah di mana tempat manusia dan
hewan menginjakkan kaki mereka. Keberadaan mereka sungguh hina karena
diinjak-injak semua makhluk daratan. Debu akan berhamburan dan menyebar ke
seluruh jagat jika angin meniupnya dan mereka menempel di mana pun karena
mereka sangat ringan tak berdaya. Kadang mereka dapat membubung tinggi sampai
awan karena arus angin yang membawanya. Hal itu, juga menjadi simbol bagi
sebagian manusia. Sebaik-baik dan serendah-rendah hati manusia akan menjadi
congkak karena terbawa arus lingkungan dan melambung tinggi di antara
manusia-manusia yang lain atau sebab peristiwa yang menimpa diri manusia
tersebut.
Selain itu, debu juga menjadi simbol
orang yang memiliki sifat lembut, namun jika suatu saat mengalami peristiwa
yang dianggap tak pantas untuk dirinya, ia akan berkata-kata yang sangat pedas
tanpa ampunan. Seperti halnya debu saat mengenai mata yang menjadikan rasa
pedih dan memerahkan mata. Tidak pernah menyadari bahwa ia mampu hinggap di
mana-mana karena dibawa angin, bukan karena memiliki sayap atau ditakdirkan
mampu terbang dengan kesengajaan.
Suatu lambang kerendah hatian manusia
terletak di sini. Sejenis dengan tanah, bebatuan, tetapi debu adalah
puing-puing dari mereka yang selalu tak pernah dihargai manusia. Kebanyakan orang
mencelanya karena debu dianggap membuat semuanya kotor dan menimbulkan berbagai
macam penyakit. Padahal, debu adalah makhluk yang lembut, ringan tangan dan
semua itu adalah tugasnya. Debu tidak pernah mengenal lelah dibawa ke mana pun
oleh angin, selalu mengalah jika ada manusia atau makhluk lain yang
melewatinya, menghindar dan menghambur hormat dengan menempel di mana debu bisa
singgah.
Manusia selalu tidak menyadari bahwa
sebenarnya sangat membutuhkan debu di saat-saat tertentu. Bagi mereka yang
beragama Islam sangat membutuhkan debu ketika mereka dilarang terkena air oleh
petugas kesehatan atau ketika kekeringan melanda, mereka butuh debu untuk
bertayamum.
Ketika debu itu dihina dan dicaci manusia,
mereka tidak pernah sedikit pun marah atau murka dengan orang yang memakinya. Debu
selalu mendengarkan dan melihat apa saja yang dilihat dan didengarnya. Debu tidak
memiliki rasa pendendam sedikit pun.
Dari kisah debu tersebut dapatlah
dikaitkan dengan sifat-sifat yang ada pada manusia. Debu itu seperti manusia
yang berilmu dengan kerendahan hatinya, yang tunduk dan hormat dengan siapa
saja dan tak mengenal itu kaya miskin atau bangsawan. Lambang dari sifat halus
dan kelembutan hati manusia, mendengarkan ketika dinasihati dan mengalah ketika
ada orang yang angkuh padanya. Diam dan tenang adalah senjata terampuhnya dalam
menghadapi kekacauan hidup. Debu itu penolong orang yang akan bersuci untuk
menghadap ke Tuhan Yang Maha Esa.
Mengamati hal-hal tersebut, jadilah
manusia yang memiliki sifat penolong, lembut hati, rendah hati, patuh, hormat,
dan tidak pendendam kepada siapa pun, entah itu manusia ataupun makhluk
lainnya. Teladanilah sifat baik para debu karena debu adalah bagian tempat di
mana kita dapat berjalan dan bersujud. Inilah Filosofi Debu.
Purworejo,
02 Oktober 2014
Langganan:
Postingan (Atom)